Agropolitan Dengan Jaringan Kereta Api

 Masih Jarang Tetapi Prospektif

Agropolitan merupakan kota yang diintegrasikan dengan wilayah pertanian. Kota pertanian ini dapat tumbuh jika sistem dan usaha agribisnis di kota tersebut berjalan sehingga mampu melayani dan mendorong kegiatan pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya. Untuk menambah penghasilan agropolitan, dapat diadakan agrowisata, yaitu kegiatan wisata yang menggunakan wilayah perkebunan dan peternakan sebagai obyek wisata. Sebagai contoh kegiatan wisata yang dapat dilakukan adalah wisata petik buah, memberi makan hewan ternak, dan restoran di atas laut. Tetapi, saat in sebagian besar daya tarik wisata di Indonesia merupakan wisata bahari dan budaya. Tempat – tempat agrowisata seperti kebun salak di Sleman, Yogyakarta, dan kebun teh di Puncak, Jawa Barat, masih belum berkembang pesat karena kepemilikannya yang belum banyak. Dengan adanya agrowisata pengunjung dapat menambah wawasan mengenai pertanian sambil refreshing dan ekonomi masyarakat sekitar dapat berkembang. Perkebunan komoditas seperti sawit diklaim mampu menciptakan lapangan kerja sebanyak 16 juta orang.

Ditambah Dengan Kereta Api Logistik dan Wisata

Sebagian besar wilayah perkebunan memiliki jaringan kereta api sejak abad ke – 19 untuk mengangkut hasil perkebunan. Sebagian besar kereta api perkebunan menggunakan ukuran lebar rel sempit, atau narrow gauge, yang biasanya dibawah 1.000 milimeter (1 meter). Untuk menambah sumber penghasilan perkebunan, perkebunan dapat membangun jalur kereta api wisata. Sebagai contoh adalah Kauai Plantation Railway di Hawaii, Amerika Serikat. Rel sepanjang 4 kilometer yang selesai dibangun tahun 2007 tersebut mengelilingi kebun Kilohana Plantation.

Sumber: https://boonemorrison.com/commercial-restoration/kilohana-plantation-railway/

Kereta api ini dibuat untuk menarik wisatawan ke kawasan perkebunan itu, yang menunjukkan keanekaragaman pertanian di Hawaii. Selain perjalanan kereta api biasa, kereta api ini juga berhenti di suatu tempat di mana para penumpangnya dapat memberi makan hewan ternak. Di Indonesia terdapat kereta wisata pabrik gula Madukismo di Yogyakarta di mana kereta wisatanya mengelilingi pabrik. Agrowisata ini diperkenalkan sejak tahun 1993 dan sebelum menaiki kereta api pengunjung diberi penjelasan mengenai proses pengolahan tebu menjadi kristal gula dan proses pembuatan alkohol spiritus. Tarifnya relatif murah, yaitu Rp. 7 ribu, tetapi harus menunggu 40 orang penumpang agar dapat jalan. Selain di Yogyakarta, terdapat agrowisata pabrik gula Pangka di Tegal, di mana kereta api wisatanya berjalan saat – saat tertentu seperti acara Metikan. Kereta api yang terdiri dari lokomotif diesel kecil tua yang menarik 3 gerbong tersebut membawa penumpang mengelilingi kebun tebu dan sekitaran pabrik gula selama 15 menit. Kereta apinya juga dapat pula disewa khusus dengan rute perjalanan yang lebih panjang sampai dengan waduk Caruban, tentu saja dengan biaya yang lebih mahal.

Bakal Banyak Penumpang

Diperlukan tempat – tempat agrowisata baru di indonesia. Harapannya tempat – tempat tersebut dapat berkembang lebih besar menjadi agropolitan baru. Kapasitas produksi yang besar akan membutuhkan jaringan kereta api logistik dan penumpang/wisata. Jenis kereta apinya cukup yang menggunakan narrow gauge, atau lebar rel sempit (di bawah 1.000 milimeter) untuk menghemat biaya. Kereta api lebih efektif dalam mengangkut jumlah penumpang dan hasil perkebunan yang banyak ketimbang bus atau truk, meskipun ukuran dimensi kereta apinya relatif kecil. Adanya jalur kereta api sangat cocok untuk kawasan agropolitan di luar pulau Jawa dan Sumatera, di mana bakal banyak warga setempat yang menjadi penasaran dengan rasanya naik kereta api. Sebagai contoh, sekitar 40 % penumpang kereta api agrowisata di Hawaii merupakan pendukuk setempat mengingat Hawaii tidak memiliki jalur kereta api utama atau mainline. Armada kereta apinya dapat pula berupa rangkaian baru dengan disain klasik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kereta Api Tenaga Surya

Kereta Api Trem